Selasa, 30 Julai 2019

RAJA SANGKIRO oleh Zine Balle

RAJA SANGKIRO
Penukis.  Zine Balle


Pada zaman dahulu, sebelum negara kita
merdeka, hiduplah seorang raja yang sangat dielu-elukan oleh rakyatnya. Dia anak dari dewa matahari yang berselingkuh dengan permaisuri bumi. Oleh fasal itu, dia digelari anak raja langit.

Kesaktian dan kemasyhurannya terdengar ke seluruh penjuru daratan Asia. Konon, menurut cerita, anak raja langit mampu berjalan secepat kilat dan sekali pun tidak pernah tersengat sinar ultraviolet. Kemana pun pergi, dia dilindungi oleh Adipati ☁️ Awan, Jenderal Halilintar, dan selalu diantar setia oleh Hulubalang Angin. Hanya dengan satu isyarah saja, Hulubalang Angin akan segera hadir di sampingnya; siap melaksanakan perintah Maharaja.

Sekalipun dia bisa mendiami dua tempat; di langit dan di bumi, Maharaja lebih memilih tempat kelahiran ibunya, yaitu daratan bumi. Maharaja menyukai bumi karena tempatnya yang hijau, asri, dan sejuk. Keadaan ini berbeda 360° dari kehidupan langit yang begitu panas dan gersang.

Oleh karena Maharaja menyukai ranum bukit yang permai, dia akhirnya memilih suatu tempat di dataran tinggi guna didiaminya, yakni di seputaran Kecamatan Jagung, Kab. Aceh Tengah. Pas di sebelah timur tempat peristirahatan Konadi Lingga.

Lokasinya sejuk dan adem. Di sekitar istana banyak ditumbuhi belukar dan rerumputan yang membentang hijau. Bermacam jenis tanaman kopi berbuah lebat di tanah itu sehingga menjadikan raja serta rakyatnya hidup sejahtera.

Karena istananya berada di tengah hutan, Maharaja terbiasa hidup berdampingan dengan berbagai  jenis binatang, seperti monyet🐒, kucing 🐈, dan anjing🐕. Kesemuanya dijaga dan dipelihara seperti anaknya sendiri. Tidak mengherankan jika di beberapa sudut istana terdapat beberapa kucing kesayangan raja.

Masing-masing binatang peliharaan raja memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Keunikan tersebut menjadikan raja selalu merasa terhibur dan senang. Misalnya, si monyet yang ahli menghibur raja dengan gayanya yang lucu dan jadul. Gaya berayun-ayunnya yang khas dapat menghilangkan rasa lelah Raja seketika.

Begitu juga dengan Tuan Anjing dan Pendekar Kucing. Keduanya juga memiliki daya tarik tersendiri bagi Raja. Semua pekerjaan berat dapat dilakukan Tuan Anjing tanpa harus disuruh sang raja. Dia melakukannya tanpa pamrih sehingga raja juga sangat menyukainya. Meskipun hanya alakadarnya saja, Raja rutin memberi sepotong tulang kepada anjing.

Adapun dalam hal menemani makan dan tidur Raja, pendekar kucing adalah jagonya. Mungkin sudah takdir si kucing atau memang kebetulan bahwa setiap kali hendak makan, raja selalu ingin berbagi hidangan dengannnya. Begitu juga ketika berada di ranjang, sang raja akan susah memejamkan mata jika tidak melihat pendekar kucing di sebelahnya. Begitulah setiap harinya dilewati mereka dengan bahagia dan tanpa ada dakwa-dakwi.

Pada suatu hari yang malang, raja memarahi monyet. Dia karena keisengannya telah mematahkan dahan pohon emas di depan istana. Itu dilakukan raja karena monyet sudah diingatkan berkali-kali agar hati-hati dengan pohon kesayangannya itu. Akan tetapi, monyet selalu mengabaikan perintah raja. Namanya juga monyet, yang dilarang itulah yang suka dilakukan.

Pada hari itu raja memarahi monyet di depan banyak pembesar istana. Monyet malu di tingkat wahid. Berdasarkan laporan anjing, raja langsung menghukum monyet tanpa ampun. Semenjak itulah hubungan manis antara anjing dan monyet retak. Monyet diam diam dendam kepada anjing yang telah melaporkan keisengannya kepada raja.

Berbulan-bulan dendam itu disimpan tanpa ada yang tahu. Sekalipun masih berkawan dengan anjing, ia kerap mencari akal agar anjing minggat secepatnya dari istana tanpa perlu diusir oleh sang raja.

Setiap hari diamatinya sikap anjing yang setia dan sabar. Monyet penasaran dengan  kesabaran anjing. Dia bisa membayangkan bahwa sikap anjing yang sabar dan setia akan membuat raja selalu mempertahankan  kehadiran anjing.

Akhirnya dengan intrik dan kelicikannya, monyet berhasil mematik api kemarahan dalam diri anjing. Monyet dengan lihai mengadu domba antara anjing dan kucing. Diceritakan kepadanya mengenai deskriminasi perlakuan raja terhadap anjing dan kucing. Dipanasinya anjing dengan sikap manja kucing dengan Maharaja. Dan akhirnya sedikit demi sedikit anjing mulai mempersoalkan ketimpangan yang dialaminya selama ini. Padahal, sebelumnya dia juga menyadari bahwa kedudukan keduanya sekalipun sama sama disayang raja tetap tidak bisa saling menggantikan. Dia juga sadar dan mengakui kelemahannya yang dipenuhi najis sehingga nantinya akan menyusahkan raja bersuci.

Akhir cerita anjing termakanlah hasutan monyet agar bermusuhan dengan kucing dan selalu memulai keributan dengan pendekar kucing. Perseteruan mereka tidak mampu lagi didamaikan oleh sang raja. Sekalipun sudah diingatkan, anjing tetap terbakar api cemburunya melihat kucing bermesraan dengan maha raja. Oleh karena itulah, anjing akhirnya diusir dari istana dan semenjak itulah keduanya menjadi musuh abadi sampai sekarang ini.

Wassalam, hati hati Pak
Tanpa edit
Gure Aceh

Tiada ulasan:

Catat Ulasan