Khamis, 28 Oktober 2021
𝐀𝐍𝐀𝐋𝐈𝐒𝐈𝐒 𝐒𝐎𝐒𝐈𝐎𝐋𝐎𝐆𝐈 𝐓𝐄𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐓𝐈𝐍𝐘𝐀 𝐀𝐍𝐉𝐈𝐍𝐆 𝐂𝐀𝐍𝐎𝐍 𝐃𝐈 𝐀𝐂𝐄𝐇
Ahad, 24 Oktober 2021
Sabtu, 23 Oktober 2021
Siswa SD Gendong Adik Sambil Belajar di Sekolah
Kenyataan yang ditampilkan oleh salah seorang siswa di salah satu Sekolah Dasar (SD) di akun Facebook Nurfadillah.
Pemilik akun membagikan cerita pengalaman yang dihadapinya setiap hati di sekolahnya bahkan dikelasnya.
Akun Nurfadillah yang ikut dibagikan oleh Misnaiyah misna menceritakan kenyataan yang ia hadapi setiap hari.
Suatu hari saat jam istirahat, ibu guru melihat siswanya sedang asyik bermain dengan teman teman sekelasnya, namun Nurfadillah melihat seorang anak laki laki sedang menggedong adiknya untuk diinabobok. Sabail menonton teman lain bermain, ia terus meinabobok adik kesayangannya.
"Kenyataan tak menurunkan harapan
Muridku ini yang selalu bawa adeknya kesekolah tulis Nurfadillah.
Lebih lanjut ibu guru SD mengucapkan
Alhamdulillah nggak pernah rewel dalam kelas.
Nurfadillah juga menulis di akun Facebooknya, Tak ingin menyalahkan siapapun
"Hanya bisa termenung saat menunggu anak anak mengerjakan tugas yang kuberikan..
Umur segini uda bisa mananggung kehidupan. Momong adeknya sambil mencari ilmu.
Kalo di larang bawa adek kesekolah
Pasti si anak ini tidak datang kesekolah
Karena nunggu ( menjaga) adeknya dirumah karena ortunya kerja.
Yang dipikirannya saat kutanya
Hanya ingin bersekolah dan jaga adek
Jadi masih beruntung mau datang bersekolah, cerita ibu guru.
Pemilik akun juga menulis kronologis ia mengambil poto. "Foto ku ambil saat istirahat. Teman2 lainnya sibuk bermain Tapi Dia mencoba menidurkan adeknya dengan menimang di pundaknya.
Nutfadillah pemilik akilun dibagikan lagi misnaiyah misna. Si. Pemilik akun juga #SM3T #GGD #SAMPANG
Sumber Facebook n Misnaiyah Misna.
Sumber : acehsiana.com
Study Banding Kepala SD Kota Lhokseumawe ke SDN 16 Kota Sabang, Ini Harapannya
Ahad, 11 April 2021
Daftar Negara dengan Waktu Puasa Terpanjang dan Tersingkat
Umat Muslim di seluruh dunia akan menjalani ibadah puasa Ramadan yang jatuh pada Selasa (13/4/2021) besok.
Untuk tahun ini, umat Muslim akan menjalani ibadah puasa di tengah pandemi virus corona.
Sejumlah negara harus menjalani puasa dengan durasi hingga 20 jam, sementara yang tercepat berpuasa sekitar 11 jam.
Dikutip dari laman Aljazeera, Senin (12/4/2021) durasi puasa terlama pada Ramadhan ini ada di Negeri Skandinavia, yakni Norwegia, Swedia dan Finlandia. Sebaliknya, negara-negara dengan durasi tersingkat antara lain Argentina, Selandia Baru dan Afrika Selatan.
Bagi umat Muslim yang tinggal di negara-negara yang durasi puasa terlama, para ulama menganjurkan agar umat Muslim di negara tersebut melaksanakan ibadah sahur dan berbuka puasa seperti di negara Muslim lainnya. Contohnya seperti waktu di Arab Saudi.
Berikut ini tentang perkiraan durasi puasa di berbagai negara dan wilayah dari yang paling singkat hingga paling lama.
– Greenland: 19-20 jam
– Islandia: 19-20 jam
– Finlandia: 18-19 jam
– Swedia: 17-18 jam
– Skotlandia dan Inggris Raya: 17-18 jam
– Norwegia: 17-18 jam
– Denmark: 17-18 jam
– Moskow, Rusia: 17-18 jam
– Berlin, Jerman: 16-17 jam
– Belanda: 16-17 jam
– Polandia: 16-17 jam
– Perancis: 16-17 jam
–Kazakhstan: 16-17 jam
– Belgia: 16-17 jam
– Swiss: 16-17 jam
– Rumania: 15-16 jam
– Kanada: 15-16 jam
– Bulgaria: 15-16 jam
– Italia: 15-16 jam
– Spanyol: 15-16 jam
–Portugal: 15-16 jam
– Yunani: 15-16 jam
– Cina: 15-16 jam
– Amerika Serikat: 15-16 jam
– Korea Utara: 15-16 jam
– Turki: 15-16 jam
– Maroko: 14-15 jam
– Jepang: 14-15 jam
– Pakistan: 14-15 jam
– Iran: 14-15 jam
–Iraq: 14-15 jam
–Lebanon: 14-15 jam
–Suriah: 14-15 jam
– Mesir: 14-15 jam
– Yerusalem: 14-15 jam
–Tunggu: 14-15 jam
–Palestina: 14-15 jam
–India: 14-15 jam
– Hong Kong: 14-15 jam
– Bangladesh: 14-15 jam
– Oman: 14-15 jam
–Afghanistan: 14-15 jam
– Arab Saudi: 14-15 jam
–Qatar: 14-15 jam
– Uni Emirat Arab: 14-15 jam
–Yemen: 13-14 jam
–Ethiopia: 13-14 jam
–Senegal: 13-14 jam
–Nigeria: 13-14 jam
–Sri Lanka: 13-14 jam
–Thailand: 13-14 jam
–Sudan: 13-14 jam
–Malaysia: 13-14 jam
– Singapura: 13-14 jam
–Kenya: 13-14 jam
–Angola: 12-13 jam
–Indonesia: 12-13 jam
–Brazil: 12-13 jam
–Zimbabwe: 12-13 jam
–Afrika Selatan: 11-12 jam
–Argentina: 11-12 jam
–Paraguay: 11-12 jam
–Afrika Selatan: 11-12 jam
–Uruguay: 11-12 jam
–Australia: 11-12 jam
–Chile: 11-12 jam.
Sumber : Aljazeera
Isnin, 5 April 2021
SMK se- Aceh Tengah dan Bener Meriah MoA dengan Jissho Jepang, Urai Tantangan
Jumaat, 5 Mac 2021
HADIH MAJA " Pribahasa Aceh"
Isnin, 1 Mac 2021
*KISAH NYATA SEORANG AYAH*
Sabtu, 20 Februari 2021
Isnin, 25 Januari 2021
Apa pentingnya kita pertahankan guru guru lama
Oleh: Ali Fauzi
Seorang teman bertanya, “Apa pentingnya kita mempertahankan guru-guru lama?” Tiba-tiba saya teringat kisah ini.
Seorang pria lanjut usia sedang duduk di sebuah kafe di Spanyol, sambil mencorat-coret selembar tisu bekas. Dia adalah orang yang cuek dan suka menggambar apa saja yang membuatnya terkesima. Seorang wanita yang duduk tidak jauh darinya sedang memandanginya dengan kagum.
Pria tersebut mengambil cangkir kopinya. Itu adalah seruputan terakhir. Dia pun meremas tisu tersebut dan hendak membuangnya saat akan meninggalkan kafe tersebut.
“Tunggu,” teriak wanita yang telah memandanginya sejak tadi.
“Boleh kan, saya meminta tisu yang barusan anda gambari? Saya akan bayar.”
“Tentu,” Jawab pria lanjut usia tersebut. “dua ratus delapan puluh juta.”
Wanita tersebut kaget. “Apa? Anda hanya perlu sekitar dua menit untuk menggambar itu.”
“Tidak nyonya,” jawab pria tersebut. “Saya perlu lebih dari 60 tahun menggambar ini.” Dia memasukkan tisu tersebut dalam kantungnya, dan pergi meninggalkan kafe.
Pria lanjut usia tersebut adalah Pablo Picasso.
(Disarikan dari buku The Subtle Art of Not Giving A F*ck, Mark Manson)
__
“Apa pentingnya kita mempertahankan guru-guru lama?”
Saat itu, saya hanya menjawab, “Satu guru senior yang memaknai pengalaman mengajarnya dengan baik, bisa setara dengan tiga guru baru.”
“Penjelasannya?”, teman saya menimpali.
“Dalam mengajar; ada proses mengenali karakter siswa, mengelola kelas, mengatur irama belajar, membuat murid tertawa, mengatur waktu berdasarkan target kurikulum, menyelesaikan konflik antar guru dan antar siswa, menghadapi keinginan orangtua murid, dan ada proses transfer pengetahuan. Yang bisa ditandingi oleh guru baru hanyalah proses transfer pengetahuan. Selebihnya adalah buah dari pengalaman.”
“Kecuali guru lama yang benar-benar tidak mau belajar dari pengalaman, tidak mau mengikuti perubahan, dan tidak bersedia berubah. Meskipun begitu, rasa hormat harus kita berikan kepadanya karena telah mengikhlaskan waktunya untuk mendidik anak-anak kita.”
Dalam kisah Picasso di atas, wanita di sampingnya bisa sangat terpukau hanya dalam waktu dua menit, tentu saja karena ada proses panjang yang tidak diketahui wanita tersebut. Proses panjang 60 tahun lebih, tentu akan melahirkan keahlian. Ya, keahlian yang membuat orang lain mudah mudah mengaguminya.
Jika seseorang lebih baik daripada anda mengenai sesuatu hal, sepertinya itu karena dia telah mengalami kegagalan lebih banyak daripada anda. Jika seseorang lebih buruk daripada anda, sepertinya itu karena dia belum mengalami semua pengalaman belajar yang menyakitkan seperti yang anda rasakan.
Sudah dimuat: sejuta guru. Com dengan judul Selembar Tisu seharga 280.000.000
Ahad, 24 Januari 2021
Jantung Hati Yang Terkoyak
Berawal dari “Ikrar Lamteh” 1957. Sebuah ikrar kesepakatan damai pemberontakan DI/TII Aceh terhadap pemerintah Republik Indonesia. Dari hasil Ikral Lamteh, kemudian terbentuklah sebuah Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA), yang tujuannya untuk fokus membangun kembali ketertinggalan Aceh dalam segala bidang selama konflik DI/TII, guna mengujutkan kesejateraan rakyat Aceh dalam arti seluas-luasnya.
Salah satu gagasan YDKA saat itu adalah membangun sebuah kampus Univesitas di Aceh, yang diberi nama “Kota Pelajar/Mahasiswa (Kopelma) Darussalam”. Saat Presiden Sukarno meresmikan kampus Kopelma Darussalam, 2 September 1959, saat itu baru berdiri sebuah SMA dan sebuah Fakultas Ekonomi sebagai embrio dari Universiatas Syiah Kuala.
Dalam peresmian Kopelma Darussalam itulah, Presiden Sukarno menulis sebuah prasasti penuh makna pada Tugu Kopelma Darussalam: “Tekat bulat melahirkan perbuatan njata, Darussalam menudju kepada pelaksanaan cita-cita”. Ungkapan Presiden Sukarno itu ditancapkan pada tugu Kopelma Darussalam, yang sampai sekarang masih menjadi saksi sejarah. Bahwa tugu Kopelma Darussalam itu tidak boleh diatasnamakan milik sebuah Universitas yang ada di dalamnya. Tugu itu milik bersama Kopelma Darussalam.
Dua tahun setelah Presiden Sukarno meresmikan Kopelma Darussalam, tanggal 21 Juni 1961, keluarlah Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Republik Indonesia No. 11 Tahun 1961, sebagai dasar pembukaan Universitas Syiah Kuala di Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Maka, apa yang menjadi harapan dan cita-cita rakyat Aceh untuk mewujudkan sebuah Kampus Perguruan Tinggi, yang disimbulkan sebagai “Jantung hati rakyat Aceh” yang telah dirintis dengan susah payah, akhirnya menjadi kenyataan.
Namun, para tokoh pendidikan Aceh saat itu belum mersa puas. Kalau jantung hati Kopelma Darussalam itu tidak dilengkapi dengan Perguruan Tinggi Agama Islam di dalamnya. Sehingga para tokoh pendidikan dan pimpinan Aceh saat itu kembali berjuang untuk menghadirkan sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam, guna melengkapi kampus “Jantung Hati Rakyat Aceh” kala itu.
Perjuangan mereka tak sia-sia. Tahun 1963, Menteri Agama Republik Indonesia KH. Saifuddin Zuhri melalui Surat Keputusannya No. 89 Tahun 1963, meresmikan berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jami’ah Ar-Raniry dalam kampus Kopelma Darussalam. Dengan demikian, lengkaplah Kopelma Darussalam ini sebagai kampus “Jantung Hati Rakyat Aceh”.
Yang di dalamnya terdapat dua Perguruang Tinggi sekaligus untuk saling melengkapi, yaitu Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai perguruan tinggi umum, dan Perguruan Tinggi Agama Islam (IAIN Ar-Raniry), yang sekarang sudah jadi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Jami’ah Raniry. Dan ini adalah satu-satunya kampus Perguruan Tinggi terunik di Indonesia. Dalam satu kampus terdapat dua Perguruan Tinggi yang saling melengkapi, antara jantung kiri dan jantung kanan. Antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum dipertemukan dalam satu kampus itu. Begitu hebat cara berfikir tokoh-tokoh Aceh terdahulu.
Namun sayang, apa yang telah dirintis dan diperjuangkan dengan susah payah oleh tokoh-tokoh pemikir Aceh dulu. Kini dengan mudah diobrak-abrik oleh pikiran-pikiran yang tidak menghargai sejarahnya. Setelah merasa berhasil mengoyakkan Kopelma Darussalam dengan segala batasan-batasannya yang mirip konflik Jalur Gaza di Palestina. Kini giliran perubahan nama Universitas Syiah Kuala dari akronim Unsyiah dijadikan USK.
Sungguh sebuah perubahan nama yang mendistorsikan sejarah perjuangan apa yang telah dirintis oleh tokoh-tokoh Aceh terdahulu. Seakan-akan apa yang telah mereka buat dengan susah payah untuk diwariskan pada generasi hari ini, tak lagi kita hargai karena ambisi dan keegoan kita hari ini. Mengoyakkan sesuatu yang sudah melekat di hati rakyat memang lebih gampang dari pada merintis-mendirikan dan memelihara keutuhannya.
Untuk menghilangkan sejarah itu, alasannya bisa macam-macam, yang terkadang alasan yang dibuat itu sama sekali tidak masuk akal. Wacana perubahan nama Universitas Syiah Kuala memang sudah digelindingkan sejak tahun 2016 yang lalu. Tapi karena saat itu banyak menuai protes dari masyarakat, wacana itu terpaksa didiamkan oleh otoritas Universitas Syiah Kuala.
Kini nama Universitas tertua di Aceh—sebagai salah satu episode sejarah penting dalam perjalanan sejarah Aceh—kembali dikutak-tatik secara lebih radikal lagi oleh otoritas Unsyiah. Terhitung 1 Januari 2021, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) resmi diubah nama dari akronim Unsyiah menjadi USK. Alasannya, karena sebutan nama Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dianggap oleh orang luar adalah Universitas yang menganut aliran Syi’ah.
Alasan itu sebenarnya sangat tidak masuk di akal. Sebab, dalam usia Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang sudah berumur 60 tahun saat ini, kenapa baru dalam 5 tahun terakhir—di bawah kepemimpinan otoritas Unsyiah hari ini— baru muncul akronim “Syiah” dianggap sebagai “Syi’ah”? Sementara berpuluh-puluh tahun sebelumnya, nama Universitas Syiah Kuala dengan akronim Unsyiah-nya tidak menjadi persoalan. Semua program dan kegiatan akademik berjalan dengan baik.
Bahkan berbagai kerja sama Unsyiah dengan Universitas-Universitas luar negeri sebelumnya berjalan lancar. Tak ada persoalan pada nama “Syiah” adalah “Syi’ah”. Berbagai bantuan fisik dan pemajuan mutu terhadap Unsyiah mereka berikan dalam kerja sama itu. Kenapa dalam otoritas Unsyiah hari ini banyak sekali menimbulkan persoalan yang menyinggung hati rakyat Aceh.
Penabalan nama Syiah Kuala pada Universitas tertua di Aceh ini, bukan tidak punya alasan sejarah. Para pendiri Unsyiah dulu juga berdebat dalam soal pemberian nama untuk Universitas ini. Mereka memilih nama Syeikh Abdulrauf Syiah Kuala menjadi nama Universitas Syiah Kuala ini tidak dengan serta merta, tapi penuh kajian dan pertimbangan sejarah.
Syeikh Abdulrauf Syiah Kuala atau ada juga yang menyebutnya Abdulrauf as-Singkili, adalah ulama yang dianggap paling moderat dalam menyelesaikan konflik-konflik keagamaan yang terjadi di Aceh pada zamannya. Termasuk konflik serangan Nuruddin Ar-Raniry terhadap Wujudiyah Hamzah Fansuri yang sarat nuasa politis. Sampai Nuruddin Ar-Raniry memfatwakan halal darah bagi pembunuhan pengikut-pengikut ajaran Hamzah Fansuri. Begitu juga konflik pengangkatan kepemimpinan wanita (Sultanah) di kerajaan Aceh, yang menimbulkan gejolak keagamaan yang luar biasa. Tapi semua gejolak konflik keagamaan itu dapat diredam oleh Abdulrauf Syiah Kuala dengan tidak terjadi pertumpahan darah.
Itu sebabnya, mengapa kemudian nama Syeikh Abdulrauf Syiah Kuala menjadi pilihan untuk dilakapkan pada nama Universitas Syiah Kuala. Kenapa tidak dilakapkan Universitas Hamzah Fansuri, atau Universitas Hamzah Fansuri, Saymsuddin Sumatrani, atau Universitas Nuruddin Ar-Raniry. Karena secara filosofis, pemikiran Hamzah Fansuri terlalu berat untuk difahami masyarakat secara umum. Karena Hamzah Fansuri adalah ulama tasauf yang tingkat kesufiannya tak tertandingi di kawasan Asia Tenggara kala itu. Malah boleh dibilang, Fansuri adalah Ibnu Arabinya di Asia Tenggara.
Atas pertimbangan itu, kurang tepat kalau nama Hamzah Fansuri ditabalkan pada Universitas bersifat umum. Nama Hamzah Fansuri sebenarnya lebih cocok diabadikan pada IAIN pada awal pendiriannya di Aceh, yaitu IAIN Jami’ah Hamzah Fansuri. Ketimbang lakap IAIN Jami’ah Ar-Raniry. Masalahnya, Nuruddin Ar-Raniry bakan hanya karena beliau ulama asing di Aceh dari Ranir India, tapi juga Nuruddin Ar-Raniry dalam beberapa hal banyak meninggalkan catatan sejarah buram bagi kemerosotan perkembangan intelektual keagamaan di Aceh pada masanya.
Jadi kembali ke perubahan nama Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang kini telah diubah menjadi USK, dengan beberapa dalil alasan yang dikemukan, seperti penolakan KKN internasional bagi mahasiswa Unsyiah di Malaka, Malaysia Juni 2019 lalu. Dan pernyataan mantan Dekan Fakustas Teknik Unsyiah, yang katanya pernah diminta penjelasan di Brunei Darussalam terkait nama Unsyiah dianggap Universitas Syi’ah. Dalil itu sebenarnya tidak cukup dijadikan alasan yang membuat otoritas Unsyiah dengan tergesa-gesa langsung mengubah akronim Unsyiah jadi USK.
Dunia intelektual Malaysia dan Brunei dalam memahami sejarah Aceh—apa lagi nama ulama-ulama Aceh yang hidup abad 16-17—seperti Syeikh Abdulrauf Syiah Kuala, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, dan Nuruddin Ar-Raniry, adalah nama-nama ulama Aceh yang sudah sangat familiar di negeri-negeri Melayu Islam. Pemikiran para ulama ini terus menjadi kajian dunia akademik di Malaysia dan Brunei Darussalam, hingga Patani. Bahkan nama-nama ulama Aceh ini malah lebih terkenal di negeri mereka dari pada di Aceh sendiri.
Karena itu naif sekali bila itu yang dijadikan alasan dasar perubahan nama Unsyiah menjadi USK. Apa lagi kasus anggapan Unsyiah itu Universitas Syi’ah dimunculkan dalam tahun-tahun terakhir ini oleh otoritas Unsyiah. Ini ada apa sebenarnya? Yang pasti, jantung hati rakyat Aceh sekarang sedang dikoyak-koyak oleh ambisi otoritas kekuasaan Unsyiah.[]
Artikel ini sudah di muat di Portalsatu
*Budayawan, tinggal di Banda Aceh.
Izin saya menyimpan sebagai dokumen disini