Isnin, 18 Januari 2021

Mengenang 25 Tahun Tenggelamnya KMP GURITA

Mengenang 25 Tahun Tenggelamnya KMP Gurita

Oleh
redaksi acehjurnal.com 19 Januari 2021
Banda Aceh | 19 Januari menjadi momen sejarah tak terlupakan bagi seluruh masyarakat Aceh. Selain masih dibalut konflik bersenjata, ada satu kisah duka yang masih membekas di hati masyarakat Aceh, yakni tenggelamnya KMP Gurita. Dari catatan sejarah menyebutkan, KMP Gurita tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar menuju Balohan, Sabang. Peristiwa tragis itu terjadi pada Jumat, 19 Januari 1996 lalu.

Kronologisnya, kapal feri rakitan Jepang macet sebanyak 378 penumang. Padahal, jumlah tersebut melebihi kapasitas sebenarnya. Karena daya tampung kapal hanya 210 orang.

Dari catatan Wikipedia, sebanyak 378 penumpang yang terdiri dari 282 warga Sabang, 200-an warga luar Sabang dan 16 warga negara asing (WNA). Dari catatan sejarah, kebanyakan penumpang yang menghapusang kesana diketahui ilegal.

Tak hanya itu, kapal tersebut dikabarkan juga mengangkut barangnya mencapai 50 ton. Rinciannya adalah 10 ton semen, 8 ton bahan bakar dan 15 ton tiang beton listrik.

Belum lagi dengan 12 unit mobil dan 16 unit sepeda motor. Ditambah lagi bahan - bahan kebutuhan masyarakat Sabang.

KMP Gurita diketahui mulai berlayar membelah laut Sabang sekira pukul 18.45 WIB. Saat berangkat, semua penumpang tidak bisa masuk ke blog yang usianya sudah lumayan tua. Penumpang yang warga asli Sabang tersebut mudik ke kampung halaman untuk menyambut hari Meugang dan Puasa Pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.

Rencana awal, KMP Gurita seharusnya tiba di pelabuhan Balohan sekira pukul 21.00 WIB. Menurut saksi, kapal itu terlihat memang kelebihan muatan. Belakangan diketahui, kapal tersebut tenggelam antara 5-6 juta dari Perairan Teluk Balohan, Sabang. Akibatnya, dari total 378 penumpang, 40 orang dilaporkan selamat, 54 orang meninggal dunia serta 284 orang dinyatakan hilang.

Hingga saat ini, bangkai KMP Gurita masih berada di dasar laut. Hari ini, Selasa (19/1/2021), kisah pilu sudah berusia 25 tahun. []
Banda Aceh | 19 Januari menjadi momen sejarah tak terlupakan bagi seluruh masyarakat Aceh. Selain masih dibalut konflik bersenjata, ada satu kisah duka yang masih membekas di hati masyarakat Aceh, yakni tenggelamnya KMP Gurita. Dari catatan sejarah menyebutkan, KMP Gurita tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar menuju Balohan, Sabang. Peristiwa tragis itu terjadi pada Jumat, 19 Januari 1996 lalu.

Kronologisnya, kapal feri rakitan Jepang macet sebanyak 378 penumang. Padahal, jumlah tersebut melebihi kapasitas sebenarnya. Karena daya tampung kapal hanya 210 orang.

Dari catatan Wikipedia, sebanyak 378 penumpang yang terdiri dari 282 warga Sabang, 200-an warga luar Sabang dan 16 warga negara asing (WNA). Dari catatan sejarah, kebanyakan penumpang yang menghapusang kesana diketahui ilegal.

Tak hanya itu, kapal tersebut dikabarkan juga mengangkut barangnya mencapai 50 ton. Rinciannya adalah 10 ton semen, 8 ton bahan bakar dan 15 ton tiang beton listrik.

Belum lagi dengan 12 unit mobil dan 16 unit sepeda motor. Ditambah lagi bahan - bahan kebutuhan masyarakat Sabang.

KMP Gurita diketahui mulai berlayar membelah laut Sabang sekira pukul 18.45 WIB. Saat berangkat, semua penumpang tidak bisa masuk ke blog yang usianya sudah lumayan tua. Penumpang yang warga asli Sabang tersebut mudik ke kampung halaman untuk menyambut hari Meugang dan Puasa Pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.

Rencana awal, KMP Gurita seharusnya tiba di pelabuhan Balohan sekira pukul 21.00 WIB. Menurut saksi, kapal itu terlihat memang kelebihan muatan. Belakangan diketahui, kapal tersebut tenggelam antara 5-6 juta dari Perairan Teluk Balohan, Sabang. Akibatnya, dari total 378 penumpang, 40 orang dilaporkan selamat, 54 orang meninggal dunia serta 284 orang dinyatakan hilang.

Hingga saat ini, bangkai KMP Gurita masih berada di dasar laut. Hari ini, Selasa (19/1/2021), kisah pilu sudah berusia 25 tahun. []

Oleh
redaksi acehjurnal.com 19 Januari 2021
Banda Aceh | 19 Januari menjadi momen sejarah tak terlupakan bagi seluruh masyarakat Aceh. Selain masih dibalut konflik bersenjata, ada satu kisah duka yang masih membekas di hati masyarakat Aceh, yakni tenggelamnya KMP Gurita. Dari catatan sejarah menyebutkan, KMP Gurita tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar menuju Balohan, Sabang. Peristiwa tragis itu terjadi pada Jumat, 19 Januari 1996 lalu.

Kronologisnya, kapal feri rakitan Jepang macet sebanyak 378 penumang. Padahal, jumlah tersebut melebihi kapasitas sebenarnya. Karena daya tampung kapal hanya 210 orang.

Dari catatan Wikipedia, sebanyak 378 penumpang yang terdiri dari 282 warga Sabang, 200-an warga luar Sabang dan 16 warga negara asing (WNA). Dari catatan sejarah, kebanyakan penumpang yang menghapusang kesana diketahui ilegal.

Tak hanya itu, kapal tersebut dikabarkan juga mengangkut barangnya mencapai 50 ton. Rinciannya adalah 10 ton semen, 8 ton bahan bakar dan 15 ton tiang beton listrik.

Belum lagi dengan 12 unit mobil dan 16 unit sepeda motor. Ditambah lagi bahan - bahan kebutuhan masyarakat Sabang.

KMP Gurita diketahui mulai berlayar membelah laut Sabang sekira pukul 18.45 WIB. Saat berangkat, semua penumpang tidak bisa masuk ke blog yang usianya sudah lumayan tua. Penumpang yang warga asli Sabang tersebut mudik ke kampung halaman untuk menyambut hari Meugang dan Puasa Pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.

Rencana awal, KMP Gurita seharusnya tiba di pelabuhan Balohan sekira pukul 21.00 WIB. Menurut saksi, kapal itu terlihat memang kelebihan muatan. Belakangan diketahui, kapal tersebut tenggelam antara 5-6 juta dari Perairan Teluk Balohan, Sabang. Akibatnya, dari total 378 penumpang, 40 orang dilaporkan selamat, 54 orang meninggal dunia serta 284 orang dinyatakan hilang.

Hingga saat ini, bangkai KMP Gurita masih berada di dasar laut. Hari ini, Selasa (19/1/2021), kisah pilu sudah berusia 25 tahun. []

Sudah di muat oleh acehjurnal.com 19 Januari 2021
Judul Mengenang 25 Tahun Tenggelamnya KMP Gurita

Tiada ulasan:

Catat Ulasan